Selasa, 30 April 2013

GUS DUR WALI (1)
Kewalian Gus Dur Masuk Akal

Jakarta, NU Online
Polling yang dilakukan NU Online antara 30 Desember 2010-11 Februari tentang kewalian Gus Dur menunjukkan sebanyak 49 persen percaya Gus Dur  seorang wali, 27 persen mempercayai Gus Dur orang cerdas dan multibakat, 18 persen menganggap Gus Dur orang biasa dan 6 persen mengaku tidak tahu.

Wakil Sekjen PBNU Enceng Sobirin Najd mengaku tidak heran terhadap persepsi masyarakat tersebut karena kewalian Gus Dur sangat masuk akal.


“Gus Dur memiliki banyak keistimewaan, tak hanya terlihat saat hidup, tetapi juga setelah meninggal dan kelebihannya ini tak hanya diakui oleh para pengikutnya, tetapi juga musuh-musuhnya,” katanya, Jum’at (11/2).

Ia menjelaskan banyak sekali pernyataan dan ungkapan Gus Dur yang terbukti setelah ia meninggal, salah satu yang sering dirujuk orang adalah tentang sikap DPR yang seperti taman kanak-kanak.

Masyarakat Indonesia, kata Enceng yang berkarir lama di lembaga penelitian LP3ES, meyakini bahwa semuanya yang bisa dipercaya tak harus inderawi,. Fenomena wali merupakan salah satu wujud keyakinan adanya hal-hal yang sifatnya spiritual dan diluar kemampuan manusia biasa.

“Menurut ajaran Islam, yang tahu seorang wali diantara sesama wali itu sendiri. Kewalian akan dipercaya orang kalau sudah meninggal. Gus Dur masuk kriteria seperti itu,” katanya.

Kalangan yang mengikuti pendekatan saintis, hanya percaya apa saja yang bisa dinalar, sehingga tidak percaya adanya fenomena kewalian. Tetapi mereka tetap percaya bahwa seseorang memiliki kelebihan tertentu diatas kemampuan rata-rata manusia.

Adanya kewalian Gus Dur, melalui sebuah polling melalu jaringan internet juga menunjukkan, kalangan yang memiliki akses luas terhadap intenet dan informasi secara global tetap meyakini fenomena kewalian, termasuk pada Gus Dur. (mkf)


GUS DUR WALI (2)
Gus Ipul: Keberanian Gus Dur Tanda Kewalian
Jakarta, NU Online
Tak ada orang yang tahu seseorang telah menjadi wali atau kekasih Allah keciali wali lainnya. Meskipun demikian H Saifullah Yusuf, wakil gubernur Jawa Timur juga yakin akan kewalian yang ada pada Gus Dur.

Ia merujuk pada sebuah ayat Qur’an, Ala inna aulia allahi la khoufun alaihim wala hum yahzanuun yang dalam arti bebasnya, para wali merupakan orang yang tidak punya rasa takut kecuali pada Allah.

“Gus Dur pada batas tertentu diatas rata-rata keberaniannya, ketakutannya terhadap urusannya dunia terbukti tak pernah menghalangi perjuangan dia untuk, katakanlah menolong ummat, membantu masyarakat, maka ia tak punya rasa takut kepada apa pun kecuali Allah,” katanya, Kamis (17/2).

Mengenai aspek mistis dari Gus Dur, Saifullah Yusuf yang masih keponakan ini mengaku tak pernah melihat sesuatu yang di luar nalar dari Gus Dur.

“Ndak ada mistis dari Gus Dur, tetapi beliau ahli silaturrahmi, baik pada yang hidup atau pun yang mati. Al ahyak minhum wal amwat. Wong NU kalau ketemunya yang urip (hidup) saja, kurang NU.Diparani kabeh (didatangi semua), ini ciri khas NU,” tuturnya.

Tentang hubungan pribadinya yang ngak selalu cocok, ia menjelaskan, Gus Dur yang ngajarkan perbedaan. “Gus Dur ngerti ini konsekuensi apa yang selama ini diyakini. Dia membesarkan orang yang suatu ketika berhadapan dengan dirinya, baik dari sisi pemikiran dan politik, itu biasa, baginya. Dan ini dibawa sampai meninggal,” paparnya.

Ia menambahkan kembali bahwa seorang wali memiliki keunggulan komparatif dibanding manusia biasa, melampaui umumnya manusia, baik dalam akidahnya atau ketaqwaannya.

“Saya mengaggap Gus Dur diatas rata-rata, karena diberi di atas rata-rata berarti kekasih Allah. Gus Dur ora duwe wedi,” tandasnya. (mkf)


GUS DUR WALI (3)
Jasad Gus Dur Sangat Manusiawi
Jakarta, NU Online
Setelah empat kali mengalami pengurukan akibat longsor dalam setahun, makam Gus Dur semakin ramai di kunjungi para peziarah. Hiruk pikuk dan kehebohan masyarakat menyikapi fenomena longsornya makam mantan Presiden Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid terus berlanjut.

Setalah berbagai kalangan mengutarakan pendapatnya mengenai pertanda kewalian Gus Dur, kini giliran para santrinya di Pesantren Ciganjur yang angkat bicara. Para santri di Pesantren Ciganjur inilah yang dahulu memandikan jenazahnya, kala Gus Dur sang pengasuh para santri ini dipanggil menghadap Sang Khaliq.

"Waktu para santri memandikan jenazahnya, jasad Gus Dur kelihatan sangat manusiawi. Kulitnya cerah, seperti biasa waktu beliau kami sering mengajar santri-santrinya," tutur Mahbib salah seorang santri yang dulu turut memandikan.

Sementara para santri lain menceritakan kepada NU Online, Selasa (21/2), sewaktu memandikan Gus Dur para santri melihat jasad Gus Dur dalam ekspresi yang wajar. Tidak tampak pucat tidak pula seperti orang mati.

Menurut Mahbib, para santri bergiliran memandikan di samping rumah sebelum jenazah disemayamkan di ruang tengah untuk disholatkan secara bergiliran pula. Sholat Jenazah untuk Gus dur di kediaman Ciganjur sendiri, berlangsung berkali-kali sejak dimandikan hingga sebelum diberangkatkan menuju Bandara Halim Perdana Kusuma. Dari Bandara Halim Perdana Kusuma ini jenazah kemudian diterbangkan ke peristirahatan terakhirnya di Tebuireng Jombang.

"Tidak terhitung berapa kali sholat dilakukan bergantian. Para jamaa terus berduyun-duyun sholat di hadapan jenazah. Sementara mereka yang tidak bisa masuk, lalu melaksanakan sholat jenazah di Masjid al-Munawwaroh," tutur Ahsin, imam Masjid al-Munawwaroh Ciganjur. (min)


GUS DUR WALI (4)
Gus Sholah: Gus Dur Wali Sosial
Jakarta, NU Online
KH Salahuddin Wahid, biasa dipanggil Gus Sholah, yang merupakan adik kandung Gus Dur memiliki pendapat kewalian bisa dibagi pada aspek sosial dan aspek agama. Jika secara sosial, masyarakat sudah menganggap seseorang sebagai wali, ia jadi wali.

“Bagi saya, Gus Dur itu wali sosial. Kalau dari sudut pandang agama, saya tidak tahu, ini rahasia Allah,” katanya, Rabu (23/2).

Namun ia mengakui, ada tanda-tanda kewalian dalam diri Gus Dur yang akhirnya membuat orang percaya bahwa mantan ketua umum PBNU ini adalah wali.

“Saya juga pernah mendengan banyak cerita, dari yang mengalami langsung, Gus Dur ngasih tahu begini-begini dan benar. Artinya bukan tanpa alasan, anda indikator yang dipercaya bahwa Gus Dur adalah wali,” ujarnya.

Namun secara pribadi, sebagai saudara kandung yang tumbuh dan besar bersama-sama ia malah tidak pernah melihat keanehan-keanehan yang dilakukan kakaknya itu. Gus Sholah juga mengaku bukan orang yang menggemari dan mendalami dunia spiritual.

Apresiasi atas kewalian Gus Dur yang ditunjukkan oleh masyarakat, yang merupakan cerminan perilaku sosial diantaranya dapat ditunjukkan banyaknya orang yang datang ke makam mantan presiden RI ke-4 ini, meskipun tak ada yang menyuruh.

“Orang timbul kesadaran sendiri, saya menafsirkan karena Gus Dur banyak berbuat hal yang baik bagi masyarakat. Ini diterima oeh masyarakat sebagai sesuatu jasa Gus Dur, dan itu ditafsirkan sebagai niat tulus. Gus Dur semasa hidupnya juga rajin berziarah ke makan wali, Allah membalas dalam bentuk yang sama,” terangnya.

Mengenai kemampuan Gus Dur untuk tahu sebelum datangnya peristiwa, Pengasuh Pesantren Tebuireng ini menganggap ada pembicaraan Gus Dur yang harus dinilai sebagai analisis, bukan ramalan.

“Contoh saja, Gus Dur mengatakan DPR kayak TK, nyatanya memang seperti itu. Ini kan analisis, bukan ramalam, tapi oleh masyarakat dianggap doyo linuwih, kelebihan yang sifatnya ada mistisnya,” paparnya. (mkf)


GUS DUR WALI (5)

Aisyah Wahid: Tidak Perlu Heboh Tentang Wali

Jakarta, NU Online
Fenomena ambrolnya makam Pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Tebuireng yang kemudian dianggap sebagai pertanda kewalian karena diceritakan kelihatan kafannya yang masih putih bersih, tidaklah perlu disikapi berlebihan. Makam yang ambrol adalah hal biasa, terutama jika terguyur hujan dalam waktu yang lama Baidhowi ini berharap, masyarakat tidak perlu menghebohkan kewalian Gus Dur. />
"Tidak perlu heboh tentang wali. Karena hanya Allah dan para wali yang tahu tentang wali," tutur Aisyah.

Lebih lanjut mantan anggota DPR RI ini mengungkapkan, kejadian sebenarnya tidaklah seheboh yang diperbincangkan media dan masyarakat. Karenanya, Aisyah berharap masyarakat tidak perlu membahasnya berlarut-larut.
.

Demikian adik kandung Gus Dur Aisyah Wahid dalam perbincangan dengan NU Online di kediamannya Bilangan Kemang, Kamis (24/2). Isteri KH Hamid
"Makam Gus Dur telah empat kali longsor. Makam itu longsor karena dahulu waktu dikebumikan tidak ada yang berani memadatkan urugannya. Ndak sopan katanya," tandas Aisyah. (min)




GUS DUR WALI (6)
Yenny Wahid Jadi Saksi Banyak Peristiwa di Luar Nalar
Jakarta, NU Online
Wali atau bukan wali, hanya Allah yang tahu dan diantara sesama komunitas wali itu sendiri, tetapi paling tidak, keluarga terdekat bisa menjadi saksi banyak peristiwa yang mampu dilakukan oleh tokoh yang dipercaya sebagai wali.

Yenny Wahid, putri Gus Dur mengaku menyaksikan banyak peristiwa yang terjadi di pada diri bapaknya yang sulit dipahami akal rasional. “Tetapi saya tidak bisa mengatakan lebih dari itu,” katanya ketika ditemui NU Online dalam acara palantikan Ansor di Jakarta, Kamis (24/2) malam.

Namun ia mengakui diantara kemampuan Gus Dur yang tidak dimiliki manusia pada umumnya adalah melihat kejadian-kejadian di masa yang akan datang yang kemudian diceritakan kepada keluarganya.

“Kalau dulu, beliau sering ngendikan (bercerita), beberapa bulan kemudian baru kejadian. Banyak hal dan macem-macem. Paling gampang soal bencana alam, beliau mengatakan, beberapa bulan lagi akan ada gempa bumi, dan betul kejadian. Macem-macem lah,” katanya.

Untuk saat ini, setelah Gus Dur meninggal, Yenny mengaku masih sering bermimpi bertemu ayahnya. Pengakuan yang sama juga diperoleh Yenny dari teman-teman lama Gus Dur yang merasa sering didatangi dalam mimpi. Menjelang Muktamar NU atau muktamar PKB Gus Dur yang digagasnya, ia mengaku bertemu Gus Dur.

“Gus Dur rawuh (datang) di teman-teman beliau, bahkan ketika mau muktamar (PKB Gus Dur.red), itu beliau rawuh di beberapa orang, sangat jelas. Ada kiai yang diminta untuk membantu,” katanya.

Yenny merasa, meskipun sudah meninggal, sambung rasa masih terasa dan Gus Dur masih memperhatikan. “Beliau masih mempunyai kemampuan untuk membantu dan menolong yang masih hidup, saya merasa seperti itu,” ujarnya.

Ia jua menceritakan, ketika makam Gus Dur mau ambles, ia bermimpi ketemu Gus Dur sedang di Makkah.

Namun demikian, dalam mimpi-mimpinya tersebut, tak ada pesan yang secara langsung disampaikan, semuanya harus ditafsirkan sendiri.

“Kita mengertikan sendiri, tetapi gambarannya seperti itu. Beliau rawuh, atau kadang cuma ketawa khasnya Gus Gur gitu saja,” terangnya. (mkf).


GUS DUR WALI (7)
Gus Dur Wali Zaman Kini
Jakarta, NU Online
Setiap zaman memiliki problemnya sendiri. Demikian pula dalam konteks kewalian, setiap zaman memiliki walinya sendiri yang akan membantu masyarakatnya dalam menyelesaikan problem yang dihadapi.

Bambang, asisten Gus Dur yang biasa membantu urusan hubungan media sangat yakin akan kewalian Gus Dur dalam konteks kekinian.

“Saya percaya beliau wali, beliau tidak seperti lazimnya manusia biasa, ketokohannya luar biasa dalam memperjuangkan hak sipil rakyat. Saya menganggap beliau wali dalam konteks zaman kekinian,” katanya.

Menurutnya, apa yang diperjuangkan Gus Dur, kalau ditarik dari zaman Walisongo hanya beda zaman saja, maksud dan tujuan yang disampaikan tidak berbeda. Jika dulu menyebarkan Islam, kini memperjungkan hak asasi manusia. Bambang bahkan juga melihat kemungkinan bahwa ayah dan kakek Gus Dur juga seorang wali, dalam konteks zamannya, yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

“Seorang Gus Dur mampu menjadi pemimpin ummat, dan konsisten dalam meperjuangkan hak sipil, hak demokrasi, hak asasi manusia, dan hak minoritas, Kalau sekarang ada yang menganggap beliau seorang wali, tidak aneh,” terangnya.

Dalam kondisi terjadinya beberapa kerusuhan yang melibatkan agama ini, orang baru sadar dan ingat akan peran besar yang telah dilakukan Gus Dur.

“Orang baru sadar, orang baru inget sama Gus Dur, saya baca di twiteer, banyak yang berkomentar ‘Kenapa dulu kita tidak menghadang Gus Dur ketika dilengserkan, sekarang baru menyesal’. Gus dur sangat diperlukan bangsa ini dalam situasi sekarang ini,” imbuhnya.

Dalam situasi yang kalut seperti ini, ia selalu ingat Gus Dur merupakan orang yang paling dicari wartawan untuk diminta tanggapan dan pernyataan. “Gus Dur konsisten selalu membela yang lemah, nggak ada kekerasan terhadap apa pun. Inilah yang selalu diperjuangkan Gus Dur,” jelasnya.

Mengenai aspek mistis dari Gus Dur, yang diketahui ketika menemaninya adalah ketika berziarah, yang merupakan kebiasaan Gus Dur, seperti terjadi komunikasi dengan orang yang diziarahi.

“Saya beberapa kali melihat, kayak tejadi komunikasi yang beliau lakukan, tetapi kita tak bisa mendengar. Ya wallahu a'lam, apa yang sedang dibicarakan, itulah yang kita tangkap dari ziarah-ziarah itu,” ujarnya.

Ia juga memiliki pengalaman menarik yang akan selalu diingatnya. Seminggu sebelum meninggalnya mantan Ketua Umum PBNU ini, Gus Dur bercerita kepadanya bahwa dirinya bermimpi bertemu KH Hasyim Asy’ari dan dikasih tugas membersihkan lantai yang kotor.

“Ini dimaknai beliau, bangsa ini dalam keadaan kotor. Bapak dalam cerita kan selalu berfikiran luas, tidak memikirkan partai, kelompok atau golongan. Selalu yang diceritakan bangsa dan negara. Sayangnya tugas tersebut belum sampai terlaksana, kemudian sudah wafat,” terangnya.

Dalam mimpinya tersebut, Kiai Hasyim Asy’ari juga meminta agar seminggu kemudian, Gus Dur datang ke Jombang. Dan ternyata seminggu kemudian, ia meninggal dan dimakamkan di Jombang. “Ini saya denger langsung dari beliau,” katanya meyakinkan. (mkf) 


GUS DUR WALI (8)
Habib Lutfi: Gus Dur Orang Saleh
http://www.nu.or.id/onefiles/nu_or_id/dinamic/mid/news41298876171.jpg
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Jamiyyah Ahlut Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah Habib Lutfi bin Yahya mengaku tidak bisa menyimpulkan apakah Gus Dur wali atau bukan, tetapi ia yakin Gus Dur orang yang sholeh.

“Yang tahu wali hanya wali dan sayahusnudhon billah beliau orang yang sholeh,” katanya seusai memberi tausiyah Maulid Nabi yang diselenggarakan Ansor NU Kamis (17/2) malam lalu.

Ia menjelaskan, kesalehan atau kewalian seseorang tidak bisa diukur atau dibandingkan layaknya emas berapa karat.

“Sholeh ya sholeh, kesalehan seseorang tidak bisa kita ukur, apalagi keauliaan. Tinggal prasangka baik kita, apalagi Gus Dur yang sudah berbuat untuk umat ini, untuk bangsa ini,” tandasnya.

Bagi banyak orang, Habib Lutfi sendiri dianggap sebagai wali, entah benar atau salah, tetapi dalam setiap pengajian yang dihadirinya, massa selalu berusaha memberi hormat kepadanya dengan mencium tangannya.

Dalam Munas Jatman yang dihadiri oleh Presiden SBY, yang berlangsung Juni, 2008 lalu di Asrama Haji Pondok Gede, para tukang foto mengeluh jualannya tidak laku untuk pose-pose yang berdampingan dengan Presiden sebagaimana biasanya. Para peserta ternyata lebih memilih berfoto bersama Habib Lutfi. Ia lebih dihormati daripada pejabat tertinggi negara. (mkf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar